DEFENISI
Atresia
esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk
mengadakan pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak
membentuk sambungan dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia
esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama
perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitubila sebua segmen esoofagus
mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya
( congenital) dan tetap sebaga bagian tipis tanpa lubang
saluran.
Fistula trakeo
esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus . Dua kondisi ini
biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti
penyakit jantung congenital. Untuk alas an yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk
berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.
TIPE ATRESIA
ESOFAGUS
ü
Tipe
A
(5% sampai 8%)
kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpahubungan ke trakea.
ü
Tipe
B
(jarang) kantong
buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus
bagian atas.
ü
Tipe
C
(80% sampai 95%)
segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal
dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.
ü
TIPE
D (jarang)
Kedua segmen
esophagus atas dan bawah dihubungkan ke
trakea.
ü
TIPE
E (jarang disbanding A atau C)
Sebaliknya trakea dan esophagus
nomal dihubungkan dengan fistula umum.
ETIOLOGI
Atresia
esophagus disebabkan oleh tumor esophagus dan bayi lahir prematur, tapi tidak
semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang
tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan
tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima .
MANIFESTASI
KLINIK
Gambaran
Atresia Di Tandai Dengan gangguan Proses Menelan waktu lahir dan terjadi
gangguan pernapasan bila terjadi gangguan pernapasan bila bahan makanan teraspiasi
kesana . Perlu
penanggulangan bedah. Dan liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbui. Pada
fistula trakea esophagus , cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru : oleh
karena itu bayi sering sianosis. Pemberian minum dapat menyebabkan batuk atau
seperti tercekik dan bayi sianosis.
Kelainan
bawaan ini biasanya terdapat pada bayi yang lahir dengan kehamilan hidramnion
dan biasanya bayi dalam keadaan kurang bulan. Pada bayi kurang bulan ini,
pemberian minum sering menyebabkan bayi tersebut menjadi biru dan apnea tampa batuk –batuk. Jika
terdapat fistula trekoesofagus perut bayi tampak membuncit karena terisi udara.
Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7.5 – 10 cm dari bibir, kateter
akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu: dan jika kateter didorong terus
akan melingkar – lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut. Diagnosis
pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio-opak atau larutan kontras
liopodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.
EVALUASI
DIAGNOSTIK
- Ketidak
mampuan untuk melewati kekakuan, radiopage ukuran 8 sampai 10 kateter
French kedalam lambung melalui hidung atau mulut
- Sinar x palatum datar abdomen dan dada dapat menunjukkan adanya gas dalam lambung dan ujung kateter
dalam kantung buntu.
- Pemindaian ultra suara dapat menunjukkan
TEF in utero pada beberapa bayi.
- EKG
dan ekokardiogrm dapat dilakukan karena korelasi tiggi pada anomaly jantung.
KOMPLIKASI
PASCA OPERASI
1. Kebocoran pada sisi anastomis
2. fistula kambuhan
3. Sirkulasi esophagus
4. Repluksgastroesopagus dan
esopagitis
5. Trakeomalaisia
6. Masalah makan dengan anak yang
lebih besar
DIAGNOSIS
Ø
Biasanya
disertai denga hydra amnion (60 %) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi ang lahir premature. Sebaliknya bila dari ananese ditetapkan
keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidraamnion, hendakla dilakukan
kateterisasiesofagus dengan kateter pada jarak kurang dari 10 cm , maka harus
didiga adanya atresia esophagus.
Ø
Bila
pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai air liur meleleh keluar,
harus dicurigai adanya atresia esfagus.
Ø
Segera
setlah diberi minum, bay akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspiasi
cairan kedam jalan nafas.
Ø
Dianosis
pasti dapat dibuat denga foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia. Pemberian
kontras kedalam esophagus dapat
memberikan gambaran yang lebih pasti, tapi cara ini tidak dianjurkan.
Ø
Perlu
dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi udara atau kosong untuk
menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeoesofagus. Hal ini dapat terlihat pada foto abdomen.
PENATALAKSANAAN
Medik
Pengobatan dilakukan dengan
operasi
Keperwatan
Sebelum dilakukan operasi, bayi
diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung
kedalam paru. Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah as[irasi. Untuk
mencegah terjadinya hipotermia, bayi hendakna dirawat dalam inkobator agar
mendapatkan lingkungan yang cukup hangat. Posisinya sering di ubah-ubah,
pengisapan lender harus sering di lakukan bayi hendaknya dirangsang untuk
menangi agar paru berkembang.
Tindakan
- Pada
anak segera dipasan kateter ke dalam esofagus dan bila mungkin dilakukan
pengisapan terus menerus.
- Posisi
anak tidur tergantung pada ada tidaknya fistula, karena aspirasi cairan
lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula trakeoesofaus
ditidurkan setengah duduk anak tanpa fistula diletakkan dengan kepala
lebih rendah (posisi trendeleburg)
- Anak
dipersiapkan untuk operasi segera. Apakah dapat dilakukan penutupan fistula
dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi tergantung dari jenis
kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu.
PROSES
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Asuhan
keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan
tahapan-tahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini
perawat mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara observasi dan dari
keluarganya.
Lakukan
penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula.
Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apnea
- Sekresi
berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.
- Sianosis
intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.
- Laringaspasme
yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantong
buntu.
- Distensi
abdominal.
- Respon
kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi batuk dan
tersedat saat cairan kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.
- Bayi
sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra amniaon
(cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).
DIANOSA
KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang munkin timbul pada
klien dengan atersia esophagus
- Bersihan
jalan napas tidak epektif.
- Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- kesulitan
menelan.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
v
Manajemen kolaboratif
ü
Intervensi terapeutik
- Pengobatan
segera terdiri dari penyokongan bayi pada sudut 30 derajat untuk mencegah
refluks isi lambung : pengisapan kantong esophagus atas dengan selang replogleatau
drai penampung; gastrostomi untuk mendekompresi lambung dan mencegah
aspirasi ( selanjutnya digunakan untuk pemberian makan ) puasa, cairan
diberikan IV.
- pengobatan
secaa tepat terhadap proses patoogis pennerta,seperti pneumonitis atau
gagal jantung kongestif.
- terapi
pendukung meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan IV,antibiotic, dukungan
pernapasa, dan mempertahankan lingkungan netral secara termal.
ü
Intervensi pembedahan
- Perbaikan
primer segera: pembagian fistula diikuti oleh anatomisis esophagus segmen
proksimal dan disal bila berat bayi
lebih dari 2000g dan tanpa pneumonia.
- Perlambatan
jangka pendek (perbaiakan primer lanjut): untuk menstabilkan bayi dan
mencegah penyimpangan bila bayi tidak dapat mentoleransi pembedahan dengan
segera.
- Pentahapan:pada
awalnya, pembagian fistula dan
gastrotomi dilakukan dengan anastomisis esophagus sekunder lanjut.
Pendkatan dapat digunakan pad bayi yang masih sanhat kecil, prematr atau
neonatus, yang sakit, atu bila anomal congenital berat.
- Esofagomiotomi
servikal ( lubang buatan pada leher yang memungkinkan drainase esophagus
bagian atas ) dapat dialakukan bila ujung esofagus terpisah terlau jauh:
pengggantian esophagus dengansegmen usus pada usia 18 sampai 24 bulan.
v
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intervensi
1. pada praoperasi waspada terhadap
indikasi gawat napas: retrasi, sianosissirkomoral, gelisa, pernapasan cuping
hidung, peningkatan frekuensi pernapasan dan jantung.
2. Pantau tanda –tanda vital dengan
sering terhadap perubahan pedatekanan darhdan nadi, yang dapat mengidikasikan
dehidrasi atau kelebihan beban volume cairan.
3. Catat masukan dan haluaran, termasuk
drainase lambung (bila selang gastrotomiuntuk dekomensasi terpasang)
4. Pantau terhadap distensi abdomen.
5. pantau terhadap tanda gejala yang dapat
menunjukkan anomaly congenital tambahan atau komplikasi.
6. pada pasca operasi,kaji adanya
kebocoran pada anastomisis yang menyebapkan mediastinitis dan pneumotoraks perhatikan
saliva dalam selang dada, hipotermia dan hipertermia, gawat napas berat,
sianosis, gelisah, nadi lemah.
7. Lanjutkan untuk memantau
komplikasi selama proses pemulihan :
Ø
Stritur
pada anastomisis :kesulitan menelan, muntah atau memuntahkan kembali cairan
yang diminum,menolak makan,demam(terjadi setelah aspirasi dan pneumonia)
Ø
Fistula
berulang : batuk,tersedak, dan sianosis yang dikaitkan dengan distensi
abnormal: episode berulang pneumonia : kondisi umum buruk (tidak ada penambahan
berat badan)
Ø
Atelektasis
atau pneumonitis :aspirasi dan gawat napas.
v
Bersihan jalan napas tidak
efektif
Intervensi
- Posisi
bayi dengan kepala ditinggikan 20 sampai 30 derajat untuk mencegah atau
mengurangi refluks asam lambung kedalam percabangan trakeobronkial. Balik
bayi dengan sering untuk mencegah atelektasis dan pneumonia.
- Lakukan
pengisapan nasofaring intermitten atau pertahankan selang lumen ganda atau
selang penampung dengan pengisapan konstan untuk mengeluarkan sekresi dari
kantung buntu esophagus
- Jamin
bahwa selang indwelling tetap paten, diganti sesuai kebutuhan, sedikitnya
sekaliu setiap 12 sampai 24 jam lubang hidung yang digunakan harus
bergantian. Cegah nekrosis lubang hidung dari tekanan oleh kateter
- Isap
mulut untuk mempertahankan bebas sekresi dan mencegah aspirasi.
.
- Bila
gastrotomi ditempatkan sebelum pembedahan definitive, pertahankan selang yang mengalir sesuai gravitasi,
dan jangan mengirigasi sebelum pembedahan.
4. Tempatkan bayi dalam isolette
atau dibawah penghangat radian dengan humiditas tinggi.
ü
Bantu
dalam mengencerkan sekresi dan mucus yang kental.
ü
Pertahkan
suhu bayi dalam zona termoneutral dan jamin isolasi lingkungan untuk mengcegah
infeksi.
- Berikan
oksigen sesuai kebutuhan
- pertahankan
puasa dan berikan cairan parenteral dan elektrolit sesuai ketentuan,untuk
mencegah dehidrasi
- Sediakan
dan kenali kebutuhan untuk prawatan kedaruratan atau resusitasi.
- Jelaskan
prosedur dan kejadian penting pada orang tua segera mungkin orientasikan merka
pada lingkungan RS dan ruang perwwatan tertentu.
- Biarkan
keluarga menggendong dan membantu merawat bayi.
- Berikan
ketenangan dan dorongan keluarga dengan sering, berikan dukungan tambahan
melalui pekerja sosial,rohaniawan, konselor, sesuaikebutuhan.
Kesulitan
menelan
- Perhatikan
kepatenan jalan nafas, isap dengan sering sedikitnya setiap 1 sampai 2 jam,
mungkin diperlukan setiap 5 sampai 10 menit.
ü
Minta
ahli bedah untuk menandai keteter pengisap untuk menunjukan seberapa jauh
keteter dapat dimasukkan dengan aman tanpa mengganggu anastomosis.
ü
Observasi
terhadap tanda sumbatan jalan nafas.
- Berikan
fisioterapi dada sesuai ketentuan
ü
Ubah
posisi bayi dengan membalik, rangsang supaya menangis untuk meningkatkan
pengembangan penuh paru.
ü
Tinggikan
kepala dan bahu 20 sampai 30 derajat
ü
Gunakan
vibrator mekanis 2 sampai 3 hari pada pascaoperasi (untuk meminimalkan trauma
pada anastomosis), diikuti dengan lebih banyak terapi fisik dada keras setelah
hari ketiga.
- Lanjutkan
penggunaan Isolette atau
penghangat radian dengan kelembaban.
- Lanjutkan
dengan penyediaan alat kedaruratan , termasuk mesin pengisap, keteter,
oksigen, laringoskop, selang endotrakeal dalam berbagai ukuran.
- Berikan
lanjitan IV sampai pemberian gastrostomi dapat dimulai.
- Mulai
pemberian makan gastrostomi segera setelah diprogramkan karena nutrisi
adekuat adalah factor penting dalam penyembuhan.
ü
Gastrostomi
secara umum diletakkan pada drainase gravitasi selama 3 hari pascaoperasi,
kemudian tinggikan dan biarkan terbuka untuk memungkinkan udara keluar dan
penyaluran sekresi lambung ke dalam dupdenum sewaktu sebelum pemberian makan
dimulai.
ü
Berikan
bayi dot untuk mengisap selama pemberian makan, kecuali dikontraindikasikan.
ü
Cegah
udara memasuki lambung dan menyebabkan distensi lambung dan kemungkinan refluks.
ü
Lanjutkan
pemberian makan gastrostomi sampai bayi mentoleransi makan secara oral penuh.
- Pertahankan
kepatenan drainase dada.
- Bila
bayi telah mengalami esofagostomi servikal:
ü
Pertahankan
area bersih dari saliva dan tempatkan bantalan penyerap diatas area.
ü
Sesegera
mungkin, biarkan anak mengisap beberapa milliliter susu bersamaan dengan
pemberian makan secara gastrostomi.
ü
Tingkatkan
anak untuk makan padat bila tepat jika esofagostomi dipertahankan selama
beberapa bulan.
- Mulai
pemberian makan oral 10 sampai 14 hari setelah anastomosis.
- Coba
untuk membuat saat makan adalah saat yang menyenangkan pada bayi. Gunakan
pendekatan dan kesabaran konsisten.
- Anjurkan
orang tua untuk menimang dan berbicara pada bayi.
- Berikan
stimulasi visual, audiotorius dan taktil yang tepat untuk kondisi fisik
dan usia bayi.
- Bantu
untuk mengembangkan hubungan yang sehat antara orang tua anak melalui
kunjungan fleksibel.
EVALUASI
KEPERWATAN
Pada tahap ini perawat menkaji kembali hal-hal
perhan dilakukan, berdasarkan pada
criteria hasil yang telah ditetapkan.
Apabila masih terdapat masalah – masalah klien yang belum teratasi,
perawat hendaknya menkaji kembali hal –hal yang berkenaan dengan masalah
tersebut dan kembali melakukan intrvensi keperawatan. Sebaliknya bila masalah
klin telah teratasi maka prlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan yang teratur untuk mencegah
timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya serangan.